Dunia pendidikan selalu berkaitan dengan metode
pembelajaran dan berbagai macam model yang dihasilkan oleh para pakar
pendidikan kita di Negeri ini, salah satunya adalah tentang Open-Ended. Berikut di bawah ini saya mencoba memaparkan tentang Open-Ended. Semoga bermanfaat untuk sahabat Blog
sujudhku.blogspot.com ..^_^
1.
Open
Ended Approach
Pembelajaran
dengan pendekatan Open-ended diawali dengan memberikan masalah terbuka
kepada siswa. Kegiatan pembelajaran harus mengarah dan membawa siswa dalam
menjawab masalah dengan banyak cara serta mungkin juga dengan banyak jawaban
(yang benar), sehingga merangsang kemampuan intelektual dan pengalaman siswa
dalam proses menemukan sesuatu yang baru.
Pendekatan
Open-ended menjanjikan kepada suatu kesempatan kepada siswa untuk
meginvestigasi berbagai strategi dan cara yang diyakini sesuai dengan kemampuan
mengelaborasi permasalahan. Tujuannya tiada lain adalah agar kemampuan berpikir
matematika siswa dapat berkembang secara maksimal dan pada saat yang sama
kegiatan-kegiatan kreatif dari setiap siswa terkomunikasi melalui proses
pembelajaran. Inilah yang menjadi pokok pikiran pembelajaran dengan Open-ended,
yaitu pembelajaran yang membangun kegiatan interaktif antara matematika dan
siswa sehingga mengundang siswa untuk menjawab permasalahan melalui berbagai
strategi.
Menurut
Suherman dkk (2003; 123) problem yang diformulasikan memiliki multi jawaban yang benar disebut problem
tak lengkap atau disebut juga Open-ended
problem atau soal terbuka. Siswa yang dihadapkan dengan Open-ended problem, tujuan utamanya bukan untuk mendapatkan jawaban
tetapi lebih menekankan pada cara bagaimana sampai pada suatu jawaban. Dengan
demikian bukanlah hanya satu pendekatan atau metode dalam mendapatkan jawaban,
namun beberapa atau banyak.
Hal ini
sesuai dengan pendapat Shimada (1997:1) pendekatan open-ended adalah pendekatan pembelajaran yang menyajikan suatu
permasalahan yang memiliki metode atau penyelesaian yang benar lebih dari satu.
Pendekatan open-ended dapat memberi
kesempatan kepada siswa untuk memperoleh pengetahuan/pengalaman menemukan,
mengenali, dan memecahkan masalah dengan beberapa teknik.
Tujuan
dari pembelajaran Open-ended problem
menurut Nohda ialah untuk membantu mengembangkan kegiatan kreatif dan
pola pikir matematik siswa melalui problem
posing secara simultan. Dengan kata lain, kegiatan kreatif dan pola pikir
matematik siswa harus dikembangkan semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan
setiap siswa.
Selanjutnya,
perlu untuk diperjelas bahwa makna dari kegiatan interaksi antara gagasan
matematis dan perilaku siswa terbuka dalam pemecahan masalah. Hal ini telah
dijelaskan dari tiga aspek:
- Kegiatan siswa yang dikembangkan oleh pendekatan terbuka.
- Sebuah masalah yang digunakan dalam pendekatan terbuka melibatkan ide-ide matematika.
- "Pendekatan terbuka" harus selaras dengan kegiatan interaksi antara (a) dan (b).
Kita harus
menjadi lebih sadar akan proses informasi yang ada pada Open-Approach, yang merupakan hubungan antara masalah dan metode. Kami
menggunakan masalah dalam "Pendekatan terbuka" seperti masalah
non-rutin: situasi masalah, masalah proses dan masalah pencarian terbuka
(Christiansen & Walter, 1986). Metode yang kita gunakan dalam
"Pendekatan terbuka" tergantung pada masalah, yang terdiri dari
situasi masalah, masalah proses dan terbuka masalah, dan prosedur dari
masalah-masalah termasuk kondisi kelas dan tujuan pengajaran (Nohda, 1983,
1986).
Masalah
pada open-ended adalah masalah yang
bersifat terbuka atau masalah tidak lengkap (incomplete problem). Sedangkan dasar keterbukaan masalah
diklasifikasikan dalam tiga tipe, yakni: (1) prosesnya terbuka, maksudnya
masalah itu memiliki banyak cara penyelesaian yang benar, (2) hasil akhirnya
terbuka, maksudnya masalah itu memiliki banyak jawaban yang benar, dan (3) cara
pengembangan lanjutannya terbuka, maksudnya ketika siswa telah menyelesaikan
masalahnya, mereka dapat mengembangkan masalah baru yaitu dengan cara merubah
kondisi masalah sebelumnya (asli).
Berikut
ini diuraikan beberapa keunggulan dan kelemahan pendekatan open-ended.
Menurut Sawada (2007), keunggulan pendekatan open-ended adalah: 1) siswa
berpartisipasi lebih aktif dalam proses pembelajaran dan mengungkapkan ide-ide
mereka secara lebih sering, 2) siswa mempunyai kesempatan yang
lebih luas untuk menggunakan pengetahuan dan keterampilan matematika mereka
secara menyeluruh, 3) siswa dengan kemampuan rendah bisa memberikan respon
terhadap masalah dengan beberapa cara mereka sendiri yang bermakna, 4) siswa
secara instrinsik termotivasi untuk membuktikan sesuatu, dan 5) siswa
mempunyai pengalaman yang berharga dalam penemuan mereka dan memperoleh
pengakuan atau persetujuan dari temannya.
Selanjutnya,
menurut Sawada (2007), kelemahan pendekatan open-ended adalah:
1) suatu hal yang sulit untuk membuat atau menyiapkan situasi-situasi
masalah matematika yang bermakna, 2) suatu hal yang sulit bagi guru untuk
mengemukakan masalah yang langsung dapat dipahami siswa sangat sulit sehingga
banyak siswa yang mengalami kesulitan bagaimana merespon permasalah yang
diberikan, 3) siswa dalam kemampuan tinggi bisa merasa ragu atau
mencemaskan jawaban mereka, dan 4) mungkin ada sebagian siswa yang merasa
bahwa kegiatan belajar mereka tidak menyenangkan karena kesulitan yang mereka
hadapi.
B. Open Ended Question
Yang
akhir-akhir ini sering kita jumpai adalah soal dengan jawaban yang terbuka atau
lebih dari satu jawaban (Open-ended
question). Menurut Takahashi (2006), soal terbuka adalah soal yang
mempunyai banyak solusi atau strategi penyelesaian. Sedangkan menurut Syaban
(2008), dipandang dari strategi bagaimana materi pelajaran disampaikan, pada
prinsipnya pembelajaran dengan memanfaatkan soal terbuka dapat dipandang
sebagai pembelajaran berbasis masalah, yaitu suatu pembelajaran yang dalam
prosesnya dimulai dengan memberi suatu masalah kepada siswa. Ciri-ciri dari
soal terbuka ini antara lain:
1.
Masalah
yang dirumuskan harus mempunyai banyak jawaban benar.
2.
Sebuah
contoh masalah terbuka harus disajikan terlebih dahulu.
3.
Proses
pembelajaran dengan menggunakan banyak jawaban benar untuk menumbuhkan
pengalaman dalam menemukan sesuatu yang baru dalam proses pembelajaran
tersebut.
4.
Masalah
seperti ini dapat diberikan dengan kombinasi siswa, pengetahuan yang dimiliki,
keterampilan atau cara berpikir yang telah sebelumnya dipelajari dalam masalah
atau soal tertutup.
Menurut
Suherman, dkk (2003 : 129-130) mengkonstruksi dan mengembangkan masalah Open-ended yang tepat dan baik untuk
siswa dengan tingkat kemampuan yang beragam tidaklah mudah.
Aspek keterbukaan dalam soal terbuka
dapat diklasifikasikan ke dalam tiga tipe, yaitu: (1) terbuka proses
penyelesaiannya, yakni soal itu memiliki beragam cara penyelesaian, (2) terbuka
hasil akhirnya, yakni soal itu memiliki banyak jawab yang benar, dan (3)
terbuka pengembangan lanjutannya, yakni ketika siswa telah menyelesaikan suatu,
selanjutnya mereka dapat mengembangkan soal baru dengan mengubah syarat atau
kondisi pada soal yang telah diselesaikan.
Berikut diberikan ilustrasi dua soal
untuk membedakan antara soal tertutup dan soal terbuka. (1) Gedung bioskop
Plaza 27 mencatat penjualan tiket film Laskar Pelangi selama tiga hari
berturut-turut adalah 457 lembar, 446 lembar, dan 475 lembar. Hitung banyak
tiket yang terjual selama tiga hari tersebut. (2) Susunlah sebuah data yang
rata-ratanya lebih dari mediannya dan jangkauannya adalah 7. Soal (1) merupakan
soal rutin dan bukan masalah terbuka karena prosedur yang digunakan untuk
menentukan penyelesaiannya sudah tertentu yakni hanya
Menjumlahkan ketiga bilangan yang
terdapat pada soal. Soal ini juga hanya memiliki satu jawaban yang benar.
Sedangkan soal (2) merupakan soal terbuka (open-ended problem). Soal ini
juga dikategorikan sebagai soal non-rutin. Keterbukaan soal ini meliputi
keterbukaan proses, keterbukaan hasil akhir, dan keterbukaan pengembangan
lanjutan. Soal ini dikategorikan sebagai soal non-rutin karena tidak memiliki
prosedur tertentu untuk menjawabnya.
DAFTAR PUSTAKA
Maitree
Inprasitha. Center for Research in Mathematics Education. Faculty of
Education, Khon Kaen University, 40002, Thailand
Nohda, N.
(2000). A Study of “Open-Approach” Method in School Mathematics Teaching.
Paper presented at the 10th ICME, Makuhari, Japan.
Sawada,
Toshio. 2007. Developing Lesson Plans. In Becker, Jerry P. and Shimada,
Shigeru (editor). The Open-ended Approach: A New Proposal for Teaching
Mathematics. Seventh printing (page 23). The National Council of Theachers
of Mathematics, Inc., Reston, Virginia.
Terimakasih atas berbagi ilmunya...
BalasHapusSemoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi semuanya!!
Aamiin..
bermanfaat sekali, terimakasih
BalasHapus